Siapa sih di sini yang gak kenal sama kisah lengendaris Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso? Kisah yang menceritakan terbangunnya 1000 candi dalam semalam sebagai syarat untuk Bandung Bondowoso dapat mempersunting Roro Jonggrang. Wah.. kedengarannya menarik ya. Tapi, apa bener ada 1000 candi dalam satu malam?
Kisah legendaris tersebut menjadi cerita asal muasal candi yang sekarang dikenal dengan Candi Prambanan. Candi megah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta itu memang sangat terkenal seantero Indonesia Raya bahkan ke mancanegara(?). Tapi secara logika memang gak mungkin buat ngebangun candi megah seperti itu hanya dalam waktu satu malam. Nyatanya, Seribu candi yang dimaksudkan dalam kisah legendaris Roro Jonggrang itu adalah Candi Sewu yang terletak di bagian utara komplek Candi Prambanan. Yang jumlah candinya nggak sampai seribu. Candi Sewu yang berdenah mengikuti pola mandala ini berjumlah 249 candi saja dengan rincian 1 candi utama, 8 Candi Apit dan 240 Candi Perwara. Penggarapan candi ini juga nggak dilakukan dalam waktu singkat kayak di legenda, loh.. melainkan mencapai ratusan tahun. Bahkan hingga beberapa kali pergantian kemimpinan kekuasaan.
Candi Prambanan ini dibangun pada abad ke-9 Masehi oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu. Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti berangka tahun 778 Saka (856 M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari kerajaan Mataram Kuno. Candi Prambanan (Shivagrha) ini merupakan bangunan suci Hindu-Shivaisme di lokasi yang mana memang berdekatan sebagai simbol kerukunan antar umat beragama.
Pada masa kekuasaan Mpu Sindok, sekitar tahun 930 Masehi, pusat pemerintahan kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur karena erupsi Gunung Merapi yang menyebabkan Candi Prambanan ini terbengkalai.
Sekarang pertanyaannya, Kenapa Candi Sewu atau candi seribu itu dikatakan seribu padahal jumlahnya tidak mencapai seribu? Ini karena.. orang Jawa malas menghitung dan seringkali kalau mempersepsikan ‘banyak’ cukup dengan kata sewu alias seribu. Contoh lainnya adalah bangunan Lawang Sewu atau seribu pintu di Semarang, yang nyatanya hanya memiliki 928 pintu saja.
Kalau kalian kira-kira bisa bikin apa ajanih dalam semalam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar